Pages

Rabu, 16 Januari 2013

Surat untuk muridku (part one)


Muridku, gunakan hatimu ketika membaca surat ini, tanyakan pada dirimu untuk apa kau bersekolah? Apa yang kau dapat disini?

Jika kau bilang kau ingin mendapat pekerjaan dengan mudah, mulai sekarang berhentilah menghabiskan waktu di sekolah ini. Sekolah bukan tempatnya, kami tak menjamin kau dapat kerja setelah kau lulus di sekolah ini. Robert T. Kyosaki seorang konsultan finansial terkenal telah menulis dalam bukunya "If you want to be rich, don't go to school", kata dia benar, sekolah bukan tempat tuk mencari kerja. Atau kau hanya bersekolah karena suruhan orang tuamu. Yakinkan mereka disini bukan tempatmu.

Muridku, sadarkah kau nama lainmu adalah "anak didik", nama lain kami adalah para "pendidik"? Lembaga tempat kami mendapat izin mengajar bernama Fakultas Keguruan & Ilmu "Pendidikan". Dinas tempat kami bernaung bernama "Dinas Pendidikan". Taukah kau kenapa demikian?

Karena tugas utama kami sebenarnya adalah "mendidik", tugas utamamu adalah rela "dididik". Kau lah generasi penerus kami, kalian lah yang suatu saat jadi pemimpin kami. Negara ini sudah banyak orang yang "terpelajar", yang ketika mereka bersekolah juga rajin belajar dan pintar. Tapi liatlah, negara ini hampir hancur karena orang-orang "terpelajar" itu. Negara ini sebenarnya butuh generasi yang "terdidik". Generasi yang tau nilai-nilai yang menjunjung tinggi kebenaran. Oleh karena itu wahai muridku, izinkanlah kami mendidikmu.. Relakanlah dirimu dididik oleh kami.

Kami larang kalian mencontek agar kalian menjunjung kejujuran, kami atur busana kalian agar kalian menjunjung keteraturan & kesopanan. Kami hukum kalian jika terlambat agar kalian menghargai waktu. Kami ajari bertata-krama agar kalian diterima di masyarakat.

Elokkah ketika kami menjelaskan pelajaran tapi kalian tidak mendengarkan, ada yang bersolek, berbicara dengan teman lain, ada yang tidur, ada yang sms-an bahkan mendengar MP3 dengan earphone kalian?

Jangan kalian mengeluh kepanasan takut kotor jika kita kerja bakti disekolah, mungkin kau hanya bercucuran keringat & sedikit kotor tapi ingatlah para pejuang kita yang bercucuran keringat juga darah, berendam lumpur & kelaparan hingga negara ini merdeka dan engkau turut merasakan nikmatnya. Maka hargailah usaha mereka.

Jangan kau membolos ke sekolah hanya karena tak ada motor, tak ada yang ngantar, padahal engkau masih bisa berjalan, ada sepeda atau naik oplet. Mana semangat juangmu? Janganlah karena GENGSI lalu kau menghancurkan masa depanmu sendiri. Janganlah kau terlalu bersenang-senang, karena kebanyakan kesenangan adalah cara gembira untuk gagal.

Atau mungkin kurangnya motivasi kau bersekolah karena kau kurang bersyukur, sadarilah bahwa di luar sana banyak anak- anak seusiamu ingin sekolah tapi tak mampu. Bagi dia kau punya nikmat lebih, tapi sayang tak kau syukuri & manfaatkan nikmat itu. Seolah-olah kau tak menginginkannya.

Lalu ingatlah kedua orangtuamu yang menitipkanmu kepada kami dengan harapan engkau bisa jadi lebih baik dari mereka. Mungkin orang tuamu seorang petani, buruh, penoreh karet, nelayan, pedagang kecil, pemulung, tapi pastinya orangtua kalian tak ingin nasib kalian sama seperti mereka apalagi lebih buruk. Hargailah mereka yang selama ini mungkin menahan keinginan mereka bahkan rela berhutang sana sini demi membelikan buku pelajaran mu, seragam mu dan uang jajan mu. Hargailah mereka wahai anakku.. Bagaimanakah perasaan kau ketika orang tuamu bekerja banting tulang, kulit terbakar matahari, keringat bercucuran, menahan letih sambil ia mendoakanmu... tapi kau disini berkelakuan buruk, merokok, membolos, berkelahi, malas-malasan. Bagaimanakah perasaan mereka ketika ia tahu kau begitu.. Sadarlah wahai anak didikku.

Kami tak menuntutmu untuk menguasai semua pelajaran dan mendapat nilai tinggi. Apalah artinya jika kau capai itu dengan tidak jujur, tak berarti bagi kami dan tak bernilai bagi kalian. Bagiku usahamu yang gigih dalam memahami pelajaranlah yang membuatku hormat padamu. Walaupun hasilnya tak memuaskan, tapi jika kau gigih berusaha, itu sudah cukup. Proses lebih penting dari pada hasil. Jangan kau utamakan nilai2 rapotmu atau izasahmu, utamakan nilai kepribadianmu yang mulia yang sebenarnya ingin kami bentuk. Di masyarakat kau lebih membutuhkan keahlian dan kepribadian dari pada nilai pelajaran yang sebenarnya palsu. Maka dari itu wahai anak didikku, jadilah kau anak didik yang baik, relakan dirimu dididik oleh kami. Jadikan kami bangga padamu..

Sekian surat dari pendidikmu ini, renungkan nasihatku wahai anak didikku, semoga berkenan.

0 komentar:

Posting Komentar