Muridku, gunakan hatimu ketika membaca surat ini, tanyakan pada dirimu untuk apa kau bersekolah? Apa yang kau dapat disini?
Jika kau bilang kau ingin mendapat pekerjaan dengan mudah, mulai sekarang berhentilah menghabiskan waktu di sekolah ini. Sekolah bukan tempatnya, kami tak menjamin kau dapat kerja setelah kau lulus di sekolah ini. Robert T. Kyosaki seorang konsultan finansial terkenal telah menulis dalam bukunya "If you want to be rich, don't go to school", kata dia benar, sekolah bukan tempat tuk mencari kerja. Atau kau hanya bersekolah karena suruhan orang tuamu. Yakinkan mereka disini bukan tempatmu.
Muridku, sadarkah kau nama lainmu adalah "anak didik", nama lain kami adalah para "pendidik"? Lembaga tempat kami mendapat izin mengajar bernama Fakultas Keguruan & Ilmu "Pendidikan". Dinas tempat kami bernaung bernama "Dinas Pendidikan". Taukah kau kenapa demikian?
Karena tugas utama kami sebenarnya adalah
"mendidik", tugas utamamu adalah rela "dididik". Kau lah
generasi penerus kami, kalian lah yang suatu saat jadi pemimpin kami. Negara
ini sudah banyak orang yang "terpelajar", yang ketika mereka
bersekolah juga rajin belajar dan pintar. Tapi liatlah, negara ini hampir
hancur karena orang-orang "terpelajar" itu. Negara ini sebenarnya
butuh generasi yang "terdidik". Generasi yang tau nilai-nilai yang
menjunjung tinggi kebenaran. Oleh karena itu wahai muridku, izinkanlah kami
mendidikmu.. Relakanlah dirimu dididik oleh kami.
Kami larang kalian mencontek agar kalian menjunjung
kejujuran, kami atur busana kalian agar kalian menjunjung keteraturan &
kesopanan. Kami hukum kalian jika terlambat agar kalian menghargai waktu. Kami
ajari bertata-krama agar kalian diterima di masyarakat.
Elokkah ketika kami menjelaskan pelajaran tapi kalian tidak mendengarkan, ada yang bersolek, berbicara dengan teman lain, ada yang tidur, ada yang sms-an bahkan mendengar MP3 dengan earphone kalian?
Jangan kalian mengeluh kepanasan takut kotor jika
kita kerja bakti disekolah, mungkin kau hanya bercucuran keringat & sedikit
kotor tapi ingatlah para pejuang kita yang bercucuran keringat juga darah,
berendam lumpur & kelaparan hingga negara ini merdeka dan engkau turut merasakan
nikmatnya. Maka hargailah usaha mereka.
Jangan kau membolos ke sekolah hanya karena tak ada
motor, tak ada yang ngantar, padahal engkau masih bisa berjalan, ada sepeda
atau naik oplet. Mana semangat juangmu? Janganlah karena GENGSI lalu kau menghancurkan
masa depanmu sendiri. Janganlah kau terlalu bersenang-senang, karena kebanyakan
kesenangan adalah cara gembira untuk gagal.
Atau mungkin kurangnya motivasi kau bersekolah
karena kau kurang bersyukur, sadarilah bahwa di luar sana banyak anak- anak
seusiamu ingin sekolah tapi tak mampu. Bagi dia kau punya nikmat lebih, tapi
sayang tak kau syukuri & manfaatkan nikmat itu. Seolah-olah kau tak
menginginkannya.
Lalu ingatlah kedua orangtuamu yang menitipkanmu
kepada kami dengan harapan engkau bisa jadi lebih baik dari mereka. Mungkin
orang tuamu seorang petani, buruh, penoreh karet, nelayan, pedagang kecil,
pemulung, tapi pastinya orangtua kalian tak ingin nasib kalian sama seperti
mereka apalagi lebih buruk. Hargailah mereka yang selama ini mungkin menahan
keinginan mereka bahkan rela berhutang sana sini demi membelikan buku pelajaran
mu, seragam mu dan uang jajan mu. Hargailah mereka wahai anakku.. Bagaimanakah
perasaan kau ketika orang tuamu bekerja banting tulang, kulit terbakar
matahari, keringat bercucuran, menahan letih sambil ia mendoakanmu... tapi kau
disini berkelakuan buruk, merokok, membolos, berkelahi, malas-malasan.
Bagaimanakah perasaan mereka ketika ia tahu kau begitu.. Sadarlah wahai anak
didikku.
Kami tak menuntutmu untuk menguasai semua pelajaran
dan mendapat nilai tinggi. Apalah artinya jika kau capai itu dengan tidak
jujur, tak berarti bagi kami dan tak bernilai bagi kalian. Bagiku usahamu yang
gigih dalam memahami pelajaranlah yang membuatku hormat padamu. Walaupun
hasilnya tak memuaskan, tapi jika kau gigih berusaha, itu sudah cukup. Proses
lebih penting dari pada hasil. Jangan kau utamakan nilai2 rapotmu atau
izasahmu, utamakan nilai kepribadianmu yang mulia yang sebenarnya ingin kami
bentuk. Di masyarakat kau lebih membutuhkan keahlian dan kepribadian dari pada
nilai pelajaran yang sebenarnya palsu. Maka dari itu wahai anak didikku,
jadilah kau anak didik yang baik, relakan dirimu dididik oleh kami. Jadikan
kami bangga padamu..
Sekian surat dari pendidikmu ini, renungkan
nasihatku wahai anak didikku, semoga berkenan.
0 komentar:
Posting Komentar