Bismillah
... Suami dibesarkan oleh ibu yang mencintainya seumur hidup. Namun ketika dia
dewasa, dia memilih mencintaimu yang bahkan belum tentu mencintainya seumur
hidupmu, bahkan sering kala rasa cintanya padamu lebih besar daripada cintanya
kepada ibunya sendiri.
Suami
dibesarkan sebagai lelaki yang ditanggung nafkahnya oleh ayah ibunya hingga dia
beranjak dewasa. Namun sebelum dia mampu membalasnya, dia telah bertekad
menanggung nafkahmu, perempuan asing yang baru saja dikenalnya dan hanya
terikat dengan akad nikah tanpa ikatan rahim seperti ayah dan ibunya.
Suami ridha
menghabiskan waktunya untuk mencukupi kebutuhan anak²mu serta dirimu. Padahal
dia tahu, di sisi Allah, engkau lebih harus di hormati tiga kali lebih besar
oleh anak²mu dibandingkan dirinya. Namun tidak pernah sekalipun dia merasa iri,
disebabkan dia mencintaimu dan berharap engkau memang mendapatkan yang lebih
baik daripadanya di sisi Allah.
Suami
berusaha menutupi masalahnya dihadapanmu dan berusaha menyelesaikannya sendiri.
Sedangkan engkau terbiasa mengadukan masalahmu pada dia dengan harapan dia
mampu memberi solusi. padahal bisa saja disaat engkau mengadu itu, dia sedang
memiliki masalah yang lebih besar. namun tetap saja masalahmu di utamakan
dibandingkan masalah yang dihadapi sendiri.
Suami
berusaha memahami bahasa diammu, bahasa tangisanmu sedangkan engkau kadang
hanya mampu memahami bahasa verbalnya saja. Itupun bila dia telah mengulanginya
berkali².
Bila engkau
melakukan maksiat, maka dia akan ikut terseret ke neraka karena dia ikut
bertanggung jawab akan maksiatmu. Namun bila dia bermaksiat, kamu tidak akan
pernah di tuntut ke neraka karena apa yang dilakukan olehnya adalah hal² yang
harus dipertanggung jawabkannya sendiri... Subhanallah...
0 komentar:
Posting Komentar